Home Dumai Riau Nasional Politik Gosip Kriminal Musik Teknologi Edukasi Kesehatan Olahraga Kuliner Wisata Iklan
pekanbaru

Pendapatan Riau Anjlok, Realisasi Belanja Rendah tapi APBD Masih Surplus, Ini Kata Pengamat

pukul


 


Hariangaruda.com I Pekanbaru – Provinsi Riau menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan keuangan daerah sepanjang tahun 2025. Berdasarkan hasil analisis Rapat Komitee Asset & Liabilities Committee Regional, Kanwil DJPb Provinsi Riau, hingga akhir April 2025, realisasi pendapatan daerah baru mencapai Rp5,61 triliun atau 12,31 persen dari pagu yang ditetapkan.


Data ini mengindikasikan kontraksi pendapatan sebesar 7,05 persen secara year-on-year (y-o-y). Local Expert Kementerian Keuangan RI, Kanwil DJPb Provinsi Riau, Dahlan Tampubolon, menjelaskan bahwa penurunan ini terutama disebabkan anjloknya pendapatan transfer sebesar 13,95 persen (y-o-y) serta penurunan drastis transfer antar daerah hingga 90,31 persen (y-o-y).



"Pertumbuhan signifikan pada PAD dan LLPDyS belum mampu mengimbangi penurunan pendapatan transfer," ujar Dahlan, Kamis (15/5/2025) malam.


Meskipun begitu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) justru mencatatkan pertumbuhan tajam sebesar 38,08 persen (y-o-y). Kenaikan ini ditopang oleh lonjakan pada pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah (LLPDyS) yang meroket hingga 1.099,09 persen (y-o-y). Dahlan menegaskan bahwa tren ini menjadi sinyal positif atas potensi pendapatan mandiri Riau.



"Meskipun realisasi pendapatan dan belanja masih rendah, yaitu masing-masing 12,31 persen dan 14,42 persen dari pagu, terdapat surplus anggaran karena penurunan belanja lebih besar daripada penurunan pendapatan," paparnya.


Namun, di sisi lain, realisasi belanja daerah juga mencerminkan tren yang kurang menggembirakan. Sampai akhir April, total belanja APBD baru mencapai Rp5,47 triliun atau 14,42 persen dari target. Komponen belanja operasi mendominasi dengan porsi 88,19 persen, namun mengalami penurunan 3,36 persen (y-o-y).


Belanja barang dan jasa, sebagai bagian utama dari belanja operasi, tercatat menurun tajam sebesar 14,90 persen (y-o-y). Belanja modal menyusut hingga 39,72 persen (y-o-y), sedangkan belanja transfer terpangkas nyaris separuhnya, yakni turun 49,32 persen. Bahkan, belanja bagi hasil hampir hilang, tercatat anjlok 99,70 persen.